Friday, September 30, 2011

Mencari Kesegaran Hati

dakwatuna.com – “Agama ini kokoh dan kuat. Masukilah dengan lunak, dan jangan sampai timbul kejenuhan dalam beribadah kepada Rabbmu.” (Al-Baihaqi)

Maha Suci Allah yang mempergilirkan siang dan malam. Kehidupan pun menjadi dinamis, seimbang, dan berkesinambungan. Ada hamba-hamba Allah yang menghidupkan siang dan malamnya untuk senantiasa dekat dengan Yang Maha Rahman dan Rahim. Tapi, tidak sedikit yang akhirnya menjauh, dan terus menjauh.
Seperti halnya tanaman, ruhani butuh siraman
Sekuat apa pun sebatang pohon, tidak akan pernah bisa lepas dari ketergantungan dengan air. Siraman air menjadi energi baru buat pohon. Dari energi itulah pohon mengokohkan pijakan akar, meninggikan batang, memperbanyak cabang, menumbuhkan daun baru, dan memproduksi buah.
Seperti itu pula siraman ruhani buat hati manusia. Tanpa kesegaran ruhani, manusia cuma sebatang pohon kering yang berjalan. Tak ada keteduhan, apalagi buah yang bisa dimanfaatkan. Hati menjadi begitu kering. Persis seperti ranting-ranting kering yang mudah terbakar.
Allah swt. memberikan teguran khusus buat mereka yang beriman. Dalam surah Al-Hadid ayat 16, Yang Maha Rahman dan Rahim berfirman, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka. Lalu, hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Hati buat orang-orang yang beriman adalah ladang yang harus dirawat dan disiram dengan zikir. Dari zikirlah, ladang hati menjadi hijau segar dan tumbuh subur. Akan banyak buah yang bisa dihasilkan. Sebaliknya, jika hati jauh dari zikir; ia akan tumbuh liar. Jangankan buah, ladang hati seperti itu akan menjadi sarang ular, kelabang dan sebagainya.
Hamba-hamba Allah yang beriman akan senantiasa menjaga kesegaran hatinya dengan lantunan zikrullah. Seperti itulah firman Allah swt. dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram.
Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, “Perumpamaan orang yang berzikir kepada Rabbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati.” (Bukhari dan Muslim)
Siapapun kita, ada masa lengahnya
Manusia bukan makhluk tanpa khilaf dan dosa. Selalu saja ada lupa. Ketika ruhani dan jasad berjalan tidak seimbang, di situlah berbagai kealpaan terjadi. Saat itulah, pengawasan terhadap nafsu menjadi lemah.
Imam Ghazali mengumpamakan nafsu seperti anak kecil. Apa saja ingin diraih dan dikuasai. Ia akan terus menuntut. Jika dituruti, nafsu tidak akan pernah berhenti.
Pada titik tertentu, nafsu bisa menjadi dominan. Bahkan sangat dominan. Nafsu pun akhirnya memegang kendali hidup seseorang. Nalar dan hatinya menjadi lumpuh. Saat itu, seorang manusia sedang menuhankan nafsunya.
Allah swt. berfirman, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.” (Al-Jatsiyah: 23)
Seburuk apapun seorang muslim, ada pintu kebaikannya
Seperti halnya manusia lain, seorang muslim pun punya nafsu. Bedanya, nafsu orang yang beriman lebih terkendali dan terawat. Namun, kelengahan bisa memberikan peluang buat nafsu untuk bisa tampil dominan. Dan seorang hamba Allah pun melakukan dosa.
Dosa buat seorang mukmin seperti kotoran busuk. Dan shalat serta istighfar adalah di antara pencuci. Kian banyak upaya pencucian, kotoran pun bisa lenyap: warna dan baunya.
Allah swt. berfirman dalam surah Ali Imran ayat 133 hingga135. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa….Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah. Lalu, memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Khilaf buat hamba Allah seperti mata air yang tersumbat. Dan zikrullah adalah pengangkat sumbat. Ketika zikrullah terlantun dan tersiram dalam hati, air jernih pun mengalir, menyegarkan wadah hati yang pernah kering.
Sekecil Apapun kebaikan dan keburukan, ada ganjarannya
Satu hal yang bisa menyegarkan kesadaran ruhani adalah pemahaman bahwa apa pun yang dilakukan manusia akan punya balasan. Di dunia dan akhirat. Dan di akhirat ada balasan yang jauh lebih dahsyat.
Firman Allah swt., “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zilzaal: 7-8)
Pemahaman inilah yang senantiasa membimbing hamba Allah untuk senantiasa beramal. Keimanannya terpancar melalui perbuatan nyata. Lantunan zikirnya hidup dalam segala keadaan.
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 191)
sumber : http://www.dakwatuna.com
 

Penghalang Rezeki

Kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menggapai rezeki dengan berbagai potensi yang kita miliki. Kemampuan fisik kita mungkin tidak ada yang meragukan dan meremehkan. Pemikiran kita sudah mendapatkan bekal yang sangat cukup. Tak lupa juga kita senantiasa berdo’a. Tapi mengapa kok rezeki susah banget kita dapatkan. Kita datangi, e.. dia malah menjauh. Sudah ada di hadapan mata, mau kita ambil keburu di duluan yang lain. Sudah ada tangan, tinggal mau menikmati, ada yang merampas dengan kasar. Berlimpah rezeki sudah kita kumpulkan, pengeluaran selalu lebih besar dari pada pemasukkannya. Tanpa diduga, usaha yang dibangun puluhan tahun yang melimpah ruah dalam sekejap bisa lenyap. Ada musibah alam yang tidak kita kehendaki. Ada juga krisis yang melanda dunia yang berimbas juga terhadap usaha kita.

Kalau sudah demikian, apanya yang salah. Apa sebabnya? Berikut bisa kita renungkan, mungkin dan bisa jadi kita mengalami hal ini. Tahukah kita bahwa :

Rasullah telah bersabda:

"Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)

Saudaraku…
Tak bosan-bosannya kita bermaksiat, bergelimang dengan dosa. Sadarkah kita bahwa inilah yang menjadi penghalang rezeki itu.

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda :
"Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya.

Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.

Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa.

Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.

Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki.

Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan permusuhan antar mereka."

Rasulullah saw juga bersabda : "Jika engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan kepada seorang hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam kemaksiatan, maka tak lain hal itu merupakan penundaan tindakan dari Nya" (HR Ahmad)
Selanjutnya beliau (Rasulullah saw) membaca ayat yang artinya : „Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS Al-An'aam : 44)

Imam Ahmad meriwayatkan, Abi Rafi' bercerita bahwa Rasulullah saw pernah melewati pekuburan Baqi. Lalu beliau berkata, "Kotorlah engkau, cis ... !" Aku menyangka kiranya beliau maksudkan diriku. Beliau bertutur, „Tidak, cuma inilah kuburan si fulan yang pernah kuutus untuk memungut zakat pada bani fulan lalu dia mencuri baju wol dan kini dia sedang dipakaikan baju yang serupa dari api neraka.

Dalam shahih Muslim dikatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : "Penduduk yang di dunia begelimang kesenangan sementara dia itu termasuk ahli neraka dihadirkan pada hari kiamat untuk kemudian dicelup dengan celupan neraka. Kemudian kepada mereka dikatakan, „Hai ibnu Adam, adakah kau lihat kebaikan ?" Dia menjawab, "Wallahi, tidak ya Rabbi !" Dan manusia yang di dunia paling sengsara hidupnya sementara dia itu calon penghuni surga akan dicelup dengan celupan surga. Lalu kepada mereka akan dikatakan, "Hai ibnu Adam, adakah kau peroleh kesengsaraan? Adakah kau temui kegetiran?" Dia menjawab, "Tidak, demi Allah ya Rabbi, tidak kudapati sama sekali.""

Sedangkan dalam shahih Muslim Rasulullah saw pernah bersabda tentang 3 golongan manusia yang pertama diadili di hari akhir. Golongan pertama adalah mereka yang mati syahid. Diantara mereka wajahnya tersungkur dan diseret ke neraka karena ternyata perang yang telah dilakukannya semata-mata hanya agar disebut pahlawan. Golongan kedua adalah orang yang sering membaca Al-Qur'an, rajin menuntut ilmu dan senantiasa mengamalkan pengetahuannya. Namun ternyata mereka juga tersungkur dan diseret ke dalam nereka. Mengapa ? Karena ternyata mereka hanya ingin mendapat gelar sebagai orang alim dan pintar.

Golongan ketiga adalah seorang laki-laki yang seluruh kekayaannya dia korbankan. Tetapi nasibnya sama dengan kedua golongan sebelumya, ia tersungkur dan diseret ke neraka, karena ia melakukan itu agar dikatakan dermawan.


Saudaraku…..

Kita harus menyadari akan hal ini, bahwa kemaksiatan yang telah dilakukan merupakan penghalang rezeki.

Akal kita juga tidak akan bisa menerima ilmu jika kita bermasiat, Imam Syafi’i duduk di depan Imam Malik. Dia membacakan sesuatu yang membuat Imam Malik kagum. Imam Malik sangat mengagumi kecepatannya dalam menangkap pelajaran, kecerdasannya dan pemahamannya yang sempurna. Imam Malik berkata, “Aku melihat, Allah telah meletakkan sinar dalam hatimu. Jangan padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat.” Imam Syafi’i menjawab, “Saya mengeluhkan hafalanku yang jelek kepada Waki’. Ia menasehatiku untuk meninggalkan maksiat. Waki’ berkata, ‘Ketahuilah bahwa ilmu itu anugerah dan anugerah Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”

Saudaraku….

“Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat,“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (HR Tarmidzi)

Saudaraku….

Bukankah kita telah mengikrarkan pengakuan kita sebagaimana dalam surat Al A’raaf ayat 172 yang artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba mengucapkan di pagi dan sore hari sebanyak tiga kali,
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً

[Aku rela Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu’alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul], melainkan sudah menjadi hak Allah untuk meridhainya pada hari Kiamat." (HR. Ahmad)

Kita harus bisa istiqomah dengan keimanan kita. Allah Berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS. Fushshilat : 30)

Saudaraku…

Kita telah menyadari apa yang telah kita lakukan selama ini. Kini saatnya kita kembali kepada hakikat jalan yang sesungguhnya yang harus kita lalui. Kita harus mengakui dan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman kita sebagaimana dalam QS. Al Baqarah ayat 2. Saatnya kita menapaki jalan Islam, masuk ke dalam secara keseluruhan, kita celupkan diri kita ke dalam nilai-nilai Islam.

Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Imam Muslim)

Bila keimanan telah tertancap dan menghunjam dalam diri. Segala hal apapun menjadi baik bagi kita. Kita akan melihat segala sesuatunya dari kacamata iman. Kita akan bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami.

Saudaraku… Mari kita beriman dan bertaqwa!

Niscaya janji Allah itu benar. Mari kita buktikan. Mari kita menikmati hakikat kekayaan yang sesungguhnya.
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A'raaf : 96)
sumber : http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/09/penghalang-rezeki.html

Tiga cara dalam menggapai kekayaan

Tiga potensi yang paling mendasar yang telah Allah berikan kepada kita hendaknya dapat kita manfaat dengan baik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan potensi dasar tersebut. Tubuh kita, akal kita, dan ruh kita hendaknya kita pelihara, kita jaga, kita penuhi kebutuhannya.

Bagaimana ketiga potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk mencari kekayaan:

1. Bagaimana hasil usaha dari jasmani kita dalam mencari kekayaan

Firman Allah :

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At Taubah : 105)

“ Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk : 15)

Rasulullah bersabda :

“ Pekerjaan terbaik adalah usahanya seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual-beli itu baik.” (HR. Ahmad, Baihaqi dll)

Tidak ada satupun makanan yang lebih baik daripada yang dimakan dari hasil keringat sendiri.” (HR. Bukhari)

Berapa sih kemampuan fisik kita dalam mengumpulkan harta? Bila kita hanya mengandalkan kemampuan fisik kita maka rezeki yang didapatkan akan sangat terbatas. Kita sudah berusaha mengeluarkan dan mengerahkan kekuatan tubuh kita, hasilnya hanya dihargai beberapa rupiah. Berapa seorang kuli dibayar dari hasil tenaganya?

2. Bagaimana hasil usaha dari akal kita dalam mencari kekayaan

Allah berfirman,

“tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya (keahliannya) masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mngetahui siapa yang lebih benar (profesional) jalannya.” (QS. Al-Isra’ : 84).

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9).

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. al-Isra: 36).

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi kaum yang berfikir (QS Al Jatsiyyah : 13)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehinga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri………” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Rasulullah bersada:
"Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran." (Hadist Bukhari).

“Sesungguhnya Allah itu mencintai hamba-Nya yang apabila bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya. [HR Thabrani].

Orang yang memiliki keahlian dia akan dibayar lebih tinggi daripada orang yang tidak memiliki skill (hanya mengandalkan kekuatan tubuh). Kemampuan akal memegang peranan yang penting dalam mencari kekayaan. Pekerjaan yang dilakukan bukan hanya sekadar bekerja keras dengan kemampuan fisik, akan tetapi bagaimana bekerja secara cerdas menggunakan akal.

3. Bagaimana hasil usaha dari ruhiyah kita dalam mencari kekayaan

“ Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’ah : 10)

"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A'raaf : 96)

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah : 261)

[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Berkata Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. telah bersabda: Sesungguhnya Allah s.w.t. telah berfirman:
“Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada seseorang hambaKu yang bertaqarrub kepadaKu dengan sesuatu yang lebih kucintai daripada ia menunaikan segala yang Kufardhukan ke atas dirinya. Dan hendaklah hambaku bertaqarrub kepadaKu dengan Nawafil, sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku mencintainya, nescaya jadilah Aku (seolah-olah) pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan pemandangannya yang ia memandang dengannya, dan tangannya yang ia bertindak dengannya, dan kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan andaikata ia memohonKu pasti akan Kuberinya, dan andaikata ia berlindung kepadaKu pasti akan Kulindunginya”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan ruhiyah pun tidak bisa diabaikan begitu saja. Allah SWT yang telah menentukan apakah kita akan mendapat rezeki atau tidak. Betapapun kita mengerahkan semua potensi kekuatan fisik kita dan berbagai strategi diterapkan, bila Allah belum menghendaki maka rezeki yang ada di hadapan kita belum tentu menjadi miliki kita.

Rezeki kita sesungguhnya adalah apa yang telah kita infakkan di jalan Allah. Apa yang ada saat ini belum tentu menjadi milik kita sepenuhnya. Bisa jadi ada yang mencuri harta kita, terjadi musibah kebakaran, bencana alam dan lain-lain yang akan menghilangkan dalam sekejap apa yang telah kita raih.


Saudarkau,

Kita harus sadar, berbagai upaya yang kita lakukan dari potensi-potensi tersebut harus benar-benar sesuai dengan aturan Allah. Bila tidak maka bukanlah kebahagian yang akan kita raih, tapi akan mengalami kesengsaraan abadi karena menikmati kesenangan yang semu.

sumber : http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/09/tiga-cara-dalam-menggapai-kekayaan.html

Keutamaan Sodaqah (Sedekah)

Keutamaan Sodaqah (Sedekah)
Oleh: Abu Zaid
Keutamaan Sodaqah (Sedekah)
Suatu saat ada seseorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas tak berair, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan (mendung), "Siramilah kebun si fulan!" maka awan itu menepi (menuju ke tempat yang ditunjukkan) lalu mengguyurkan airnya di tanah bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air dari saluran-saluran itu yang telah penuh dengan air. Maka ia menelusuri (mengikuti) air itu. Ternyata ada seorang laki-laki yang berada di kebunnya sedang mengarahkan air dengan cangkulnya. Kemudian dia bertanya, Wahai hamba Allah, siapakah nama anda? Dia menjawab, "Fulan".
Sebuah nama yang didengar dari awan tadi. Kemudian orang itu balik bertanya, "Mengapa anda menenyakan namaku?" Dia menjawab, "Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan 'Siramilah kebun si fulan!' yaitu nama anda. Maka apakah yang telah andakerjakan dalam kebun ini?". Dia menjawab, Karena anda telah mengatakan hal ini maka akan saya ceritakanbahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya sedekahkan; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (ditanam kembali). (Hadits Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah).

Hadits di atas adalah salah satu contoh kisah nyata dari salah satu keutamaan bersodaqah (bersedekah), yaitu Allah (S.W.T.) tidak akan mengurangi rezeki yang kita sedekahkan, dan bahkan Allah (S.W.T.) akan mengganti dan melipat gandakannya.

Sedekah tidak mengurangi Rezeki

Allah (S.W.T.) berfirman dalam surat Saba bahwa Allah (S.W.T.) akan mengganti sedekah yang kita keluarkan:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (Q.S. Saba 34:39)

Secara logika, mungkin kita akan berfikir bahwa harta yang kita keluarkan untuk sedekah berarti pengurangan harta yang ada di tangan kita. Tetapi pada kenyataannya Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda bahwa harta seseorang tidak akan berkurang karena disedekahkan:
"Ada tiga perkara yang saya bersumpah atasnya dan saya memberitahukan kepadamu semua akan suatu Hadits, maka peliharalah itu: Tidaklah harta seseorang itu akan menjadi berkurang sebab disedekahkan, tidaklah seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan dan ia bersabar dalam menderitanya, melainkan Allah menambahkan kemuliaan padanya, juga tidaklah seseorang hamba itu membuka pintu permintaan, melainkan Allah membuka untuknya pintu kemiskinan," (H.R. Tirmidzi, dari Abu Kabsyah, yaitu Umar bin Sa'ad al-Anmari r.a.)

Sedekah membuka pintu rezeki

Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda "Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah." (HR. Al-Baihaqi)
Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah Tabaraka wata’ala berfirman: "Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu." (H.R. Muslim)

Dalam hadits lain yang dinarasikan oleh Abu Hurairah (r.a.), Nabi (S.A.W.) pernah bersabda: "Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat yang turun, sala satunya berkata: "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq. Sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata: "Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya)." (H.R. Bukhari - Muslim)

Ada satu kisah pada zaman Nabi (S.A.W.) yang mana seseorang yang banyak hutang berdiam di masjid di saat orang-orang bekerja. Ketika ditanya oleh Nabi (S.A.W.), orang tersebut menjawab bahwa ia sedang banyak hutang. Yang menarik adalah Nabi (S.A.W.) mengajarkan beliau sebuah doa, yang mana doa tersebut tidak menyebut sama sekali "Bukakanlah pintu rezeki" atau "Perbanyaklah rezeki saya sehingga bisa membayar hutang". Tetapi doa yang diajarkan oleh Nabi (S.A.W.) adalah meminta perlindungan dari rasa malas dan bakhil (pelit). Hadits-hadits di atas menjelaskan tentang doa ini, bahwa ke-tidak-pelitan seseorang untuk bersedekah membuka pintu rezeki orang tersebut.

Doa tersebut adalah: "Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu daripada kegundahan dan kesedihan, daripada kelemahan dan kemalasan, daripada sifat pengecut dan bakhil (pelit), daripada kesempitan hutang dan penindasan orang."

Sedekah melipat gandakan rezeki

Bukan saja sedekah membuka pintu rezeki seseorang, tetapi bahkan bersedekah juga melipat-gandakan rezeki yang ada pada kita.

Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda: "Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai satu buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik, bukan haram, dan Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya, sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung - yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya." (Muttafaq 'alaih, dari Abu Hurairah r.a.)

Janji Allah (S.W.T.) dalam Al-Qur'an bahwa Allah akan melipat-gandakan sedekah kita menjadi 700 kali lipat:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah 2:261)

Sedekah Menjaga Warisan

Rasulullah (S.A.W.) bersabda "Tidaklah seorang yang bersedekah dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya." (H.R. Ahmad)

Di dalam Surat Al-Kahfi ada kisah tentang perjalanan Nabi Musa (A.S.) dengan Khidir. Di dalam kisah tersebut Khidir memperbaiki diding rumah dari dua anak yatim, dan menjelaskan bahwa di bawah dinding tersebut ada harta warisan dari orang tua mereka yang soleh. Khidir memperbaiki dinding tersebut agar harta warisan tersebut tetap pada tempatnya sampai sang anak menjadi dewasa. Demikianlah salah satu contoh bagaimana Allah (S.W.T.) melindungi warisan seseorang.

Sedekah adalah Naungan kita di hari kiamat

Rasulullah (S.A.W.) bersabda "Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya." (HR. Ahmad)

Dalam hadist lain, Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda tentang tujuh orang yang diberi naungan oleh Allah (S.W.T.) pada hari yang mana tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Salah satu orang yang diberi naungan pada hari itu adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, tetapi tangan kirinya tidak mengetahuinya.

Sedekah Menjauhkan diri kita dari api neraka

Rasulullah (S.A.W.) bersabda: "Jauhkan

Allah (S.W.T.) juga berfirman bahwa salah satu ciri dari orang yang bertaqwa yang akan masuk surga adalah orang yang bersedekah diwaktu lapang maupun sempit.
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (Q.S. Ali Imran 3:133-134).

Sedekah Mengurangi kesakitan kita di sakaratul maut

Dalam buku Fiqh-Us-Sunnah karangan Sayyid Sabiq, disebutkan Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda: "Sedekah meredakan kemarahan Allah dan menangkal (mengurangi) kepedihan saat maut (Sakratulmaut)."

Rasulullah (S.A.W.) juga pernah bersabda, "Sedekah dari seorang Muslim menigkatkan (hartanya) dimasa kehidupannya. Dan juga meringankan kepedihan saat maut (Sakratulmaut), dan melauinya (sedekah) Allah menghilangkan perasaan sombong dan egois. (Fiqh-us-Sunnah vol. 3, hal 97)

Sedekah Mengobati orang sakit

Rasulullah (S.A.W.) bersabda, "Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana." (H.R. Ath-Thabrani)
Sedekah untuk janda dan orang miskin diibaratkan seperti orang yang berpuasa terus menerus

Rasulullah (S.A.W.) bersabda, "Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka." (H.R. Bukhari)

Quality adalah lebih baik dari Quantity

Bersedekah satu dolar bisa jadi lebih baik dari pada bersedekah seratus-ribu dollar. Jika seseorang hanya memiliki dua dollar kemudian disedekahkannya satu dollar maka sedekah tersebut adalah lebih baik dari pada sedekah dari seseorang Billioner tetapi hanya mensedekahkan seratus ribu dollar.

Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda, "Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham". Para sahabat bertanya, "Bagaimana itu?" Nabi (S.A.W.) menjawab, "Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (HR. An-Nasaa'i)

Di bulan Ramadhan yang mulia ini marilah kita perbanyak sedekah kita, berapapun jumlahnya. Jangan sampai kita menunggu kaya raya atau hidup berlebih untuk bersedekah karena hal tersebut adalah bisikan syetan belaka. Terlebih lagi, jangan sampai kita menunggu sampai ruh kita berada di tenggorakan, karena pada saat itu harta kita sudah dipastikan bukan milik kita lagi tetapi sudah menjadi milik ahli waris.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah (S.A.W.), "Sedekah yang bagaimana yang paling besar pahalanya?" Nabi (S.A.W.) menjawab, "Saat kamu bersedekah hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga ruhmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian." (HR. Bukhari)

sumber : http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/09/keutamaan-sodaqah-sedekah.html

Saturday, September 24, 2011

Silaturahmi

Menurut Rasulullah, Allah SWT akan melapangkan rezeki orang yang suka menyambung tali silaturahmi. Allah juga akan memanjangkan umur kepadanya

Muhammad Baqir ra pernah mendapat wasiat dari ayahnya (Imam Zainul Abidin, ra). Ia (kata Baqir) telah berwasiat kepadaku, “Janganlah duduk bersama lima jenis manusia. Jangan berbicara kepada mereka, bahkan jangan berjalan bersama mereka, meskipun tidak disengaja.
Pertama, Orang Fasik. Karena ia akan menjualmu hanya untuk sesuap makanan.
Kedua, Orang Bakhil. Karena ia akan memutuskan hubungan di saat kita kita memerlukan.
Ketiga, Pembohong. Karena ia akan menipumu. Karena ia akan senantiasa menipumu.
Keempat, Orang Bodoh. Karena ia berkeinginan memberikan manfaat bagimu, namun karena kebodohannya, ia jutru merugikanmu.
Kelima, Orang yang memutuskan tali silaturahmi. Karenanya, janganlah berdekatan dengannya.
***
Memutus tali silaturahmi adalah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Dalam Q.S an-Nisa’: 1, Allah berfirman, Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.”
Dalam kitab Ahkam al-Qur’an-nya, Ibnu al-Arabi menafsirkan ayat ini dengan: “Takutlah kepada Allah untuk berdosa kepada-Nya dan takutlah untuk memutus tali silaturahmi”.
Dari Abdullah bin Abi Aufa r.a. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Dan dalam waktu yang tidak lama, ia kemudian duduk kembali.
Rasulullah bertanya kepadanya,”Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia kemudian berkata, “Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahmi dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut, ia berkata, “Untuk apa kamu dating, tidak seperti biasanya kamu dating kemari.” Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini).
Lalu Rasulullah bersabda, Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi.”
Rasulullah pernah bersabda,”Tidak ada satu kebaikanpun yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak aka satu dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di akherat, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi.”
Dalam sebuah riwayat lain, dari Anas r.a, ia berkata bahwa Rasullah saw bersabda, “Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya (dipanjangkan umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturahmi. [Mutafaq ‘alaih]
Ali r.a meriwayatkan dalam sebuah hadist, “Barangsiapa yang mengambil tanggungjawab atas suatu perkara, aku akan menjamin baginya empat perkara. Barangsiapa bersilaturahmi, umurnya akan dipanjangkan, kawan-kawannya akan cinta kepadanya, rezekinya akan dipalangkan, dan ia aman masuk ke dalam surga. (Kanzul ‘Ummal).
Al-Qurthubi mengatakan,Seluruh agama sepakat bahwa menyambung silaturahmi wajib dan memutuskannya diharamkan. Ibnu Abidin al-Hanafi mengatakan;”Menyambung silaturahmi wajib meskipun hanya dengan mengucapkan salam, memberi hadiah, memberi pertolongan, duduk bareng, ngobrol, bersikap ramah dan berbuat baik. Kalau seseorang yang hendak disilaturahmi berada di lain tempat cukup dengan berkirim surat, namun lebih afdol kalau ia bisa berkunjung ke tempat tinggalnya”.
Orang yang menyambung silaturahmi akan mendapat balasan di dunia berupa: kedekatan kepada Allah, rezekinya diluaskan, umurnya dipanjangkan, rumahnya dimakmurkan, tercegah dari mati dengan cara tidak baik, dicintai Allah dan dicintai keluarganya.
Yang lebih penting dari itu semua, di akhirat kelak, ia akan mendapat balasan surga dari Allah SWT: Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan akan ke surga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi“. (HR. Bukhari).
Dan yang terakhir, Rasulullah pernah berkata pada sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq r.a bahwa tiga perkara berikut ini benar adanya.  
Pertama, barangsiapa yang dizalimi kemudian ia memaafkan, maka kemuliannya akan bertambah. 
Kedua, barangsiapa yang meminta-minta untuk meningkatkan hartanya, maka, hartanya akan berkurang. Ketiga, barangsiapa yang membuka pintu pemberian dan silaturahmi, maka hartanya kan bertambah.

Wednesday, September 21, 2011

Rahasia SEDEKAH

Rahasia sedekah sudah dijelaskan oleh nabi Muhammad saw, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran, jauh sebelum literatur-literatur lainnya memberikan keterangan mengenai rahasia yang terkandung di balik praktik sedekah.
Adalah ustadz Yusuf Mansyur yang memopulerkan bahasan mengenai rahasia sedekah ini dalam ceramah-ceramah yang diberikannya kepada masyarakat, bahkan buku mengenai rahasia sedekah sudah bisa kita temukan di toko buku.
Lantas, apa saja rahasia yang terkandung di balik sedekah ini? Beberapa di antaranya adalah:
A. Rahasia sedekah: Kematian
Rasulullah saw bersabda:
“Sedekah dapat menolak kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
Pada suatu hari orang yahudi lewat dekat Rasulullah saw, lalu ia mengucapkan: Assam ‘alayka (kematian atasmu). Rasulullah saw menjawab: ‘Alayka (atasmu). Lalu para sahabatnya berkata: Ia mengucapkan salam atasmu dengan ucapan kematian, ia berkata: kematian atasmu. Nabi saw bersabda: “Demikian juga jawabanku.” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang yahudi ini tengkuknya akan digigit oleh binatang yang hitam (ular dan kalajengking) dan mematikannya. Kemudian orang yahudi itu pergi mencari kayu bakar lalu ia membawa kayu bakar yang banyak. Rasulullah saw belum meninggalkan tempat itu yahudi tersebut lewat lagi (belum mati). Maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Letakkan kayu bakarmu.” Ternyata di dalam kayu bakar itu ada binatang hitam seperti yang dinyatakan oleh beliau. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Wahai yahudi, amal apa yang kamu lakukan? Ia menjawab: Aku tidak punya kerjaan kecuali mencari kayu bakar seperti yang aku bawa ini, dan aku membawa dua potong roti, lalu aku makan yang satu potong dan satu potong yang lain aku sedekahkan pada orang miskin. Maka Rasulullah saw bersabda: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkan dia.” Selanjutnya beliau bersabda: “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
B. Rahasia sedekah: Bertambahnya rezeki
Rasulullah saw bersabda:
“Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
C. Rahasia sedekah: Bahaya
Rasulullah saw bersabda:
“Mulai pagi harimu dengan sedekah, barangsiapa yang memulai pagi harinya dengan sedekah ia tidak akan terkena sasaran bala.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 15)
D. Rahasia sedekah:  Keimanan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba sehingga ia melakukan empat hal: Berakhlak baik, bersikap dermawan, menahan karunia dari ucapan, dan mengeluarkan karunia dari hartanya.” (Al-Wasail 6: 259, hadis ke 21)

E. Rahasia sedekah: Perang Uhud

Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata bahwa Allah Swt berfirman:
“Segala sesuatu Aku wakilkan pada orang selain-Ku untuk menggenggamnya kecuali sedekah, Aku sendiri dengan tangan-Ku yang mengambilnya, sekalipun seseorang bersedekah dengan satu biji korma atau sebelah biji korma. Kemudian Aku menambahkan baginya sebagaimana ia menambahkan sebelum meninggalkan. Kemudian saat ia datang pada hari kiamat ia mendapat pahala seperti pahala perang Uhud bahkan lebih besar dari pahala perang Uhud.” (Al-Wasail 6: 265, hadis ke 7)
F. Rahasia sedekah: Penjagaan Allah Sepanjang Hari
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Awali pagi harimu dengan sedekah, gemarlah bersedekah. Tidak ada seorang mukmin pun yang bersedekah karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah untuk menolak keburukan yang akan turun dari langi ke bumi pada hari itu, kecuali Allah menjaganya dari keburukan apa yang akan turun dari langit ke bumi pada hari itu.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 3)
G. Rahasia sedekah: Merubah Takdir
Rasulullah saw berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
“Wahai Ali, sedekah itu dapat menolak takdir mubram (yang telah ditetapkan). Wahai Ali, silaturahim dapat menambah umur. Wahai Ali, tidak ada sedekah ketika keluarga dekatnya membutuhkan. Wahai Ali, tidak ada kebaikan dalam ucapan kecuali disertai perbuatan, dan tidak ada sedekah kecuali dengan niat (karena Allah).” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)

H. Rahasia sedekah: Penolak Hari Nahas

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Antara aku dan seseorang punya perhitungan tentang bumi. Orang itu ahli nujum, ia sengaja keluar rumah untuk suatu urusan pada saat “Al-Su’ud” (bulan berada di manazil Al-Su’ud), dan aku juga keluar rumah pada hari nahas. Lalu kami menghitungnya, lalu keluarlah untukku dua perhitungan yang baik. Kemudian orang itu memukulkan tangan kanannya pada tangan kirinya, kemudian berkata: Aku belum pernah sama sekali melihat hari seperti hari ini. Aku berkata: Celaka hari yang lain dan hari apa itu? Ia berkata: Aku ahli nujum, aku datang padamu pada hari nahas, aku keluar rumah pada saat Al-Su’ud, kemudian kami menghitung, lalu keluarlah untuk Anda dua perhitungan yang baik. Ketika itulah aku berkata kepadanya: “Tidakkah aku pernah menyampaikan suatu hadis yang disampaikan padaku oleh ayahku? Yaitu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari hari nahas, maka hendak mengawali harinya dengan sedekah, niscaya Allah menyelamatkannya dari hari nahas itu. Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari malam nahas, maka hendaknya mengawali malamnya dengan sedekah niscaya ia diselamatkan dari malam nahas itu. Kemudian aku berkata: “Sesungguhnya aku mengawali keluar rumah dengan sedekah; ini lebih baik bagimu daripada ilmu nujum.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 1)
I. Rahasia sedakah: Sedekah di Malam hari dan Siang hari
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya sedekah di malam hari dapat memadamkan murka Allah, menghapus dosa besar dan mempermudah perhitungan amal; sedekah di siang hari dapat menumbuhkan harta dan menambah umur.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 2)
J. Rahasia sedekah: Ali bin Abi Thalib
Imam Ali bin Abi Thalib (sa):
“Sesungguhnya tawassul yang paling utama adalah bertawasul dengan keimanan kepada Allah …, dengan silaturrahim karena hal ini dapat menumbuhkan harta dan menambah umur; dengan sedekah yang tersembunyi karena hal ini dapat menghapuskan kesalahan dan memadamkan murkan Allah Azza wa Jalla; dengan amal-amal yang ma’ruf (kebajikan) karena hal ini dapat menolak kematian yang buruk dan menjaga dari pertarungan kehinaan…” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 4)
K. Sedekah itu mensucikan jiwa

Allah Ta`ala berfirman:
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka , dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka , dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya dia kamu itu ( menjadi ) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (QS At-Taubah: 103)

Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
  1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
  2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
  3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
  4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
  5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur 10 – 1 = 19
    Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
    10 – 2= 28
    10 – 3= 37
    10 – 4= 46
    10 – 5= 55
    10 – 6= 64
    10 – 7= 73
    10 – 8= 82
    10 – 9= 91
    10 – 10= 100
    Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu