Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah. Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca Al-Qur’an adalah wajib ‘ain. Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus mampu baca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.
Karena bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur’an tanpa mau membaca dan memahaminya.Beriman terhadap Al-Qur’an bukan sekedar percaya saja, namun mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari iman tersebut yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an merupakan pedoman, konsep, dan aturan hidup manusia. Dalam konteks hablum minallah, Al-Qur’an mengatur relasi hamba dengan khaliqnya. Hubungan vertikal ini dalam bahasa syariat disebut ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan dalam konteks hablum minan naas, Al-Qur’an menjelaskan tata cara pergaulan dan hubungan manusia dengan dirinya, manusia lain dan makhluk Allah lainnya. Hubungan horizontal ini dikenal dengan sebutan muamalah. Konkritnya, Al-Qur’an memberi petunjuk bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Mengamalkan al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap muslim, bahkan menjadi syarat utama menjadi seorang yang beriman. Allah swt dan Rasul-Nya saw telah memerintahkan kita untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, agar kita selamat dunia dan akhirat. Bahkan Rasulullah saw mengingatkan kita akan penting pengamalan terhadap al-Qur’an dan sunnah Rasul saw dengan sabdanya, “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw.” (H.R. At-Tirmizi) Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang sesat itu orang meninggalkan ajaran al-Qur’an dan As-Sunnah.
Namun sayangnya, selama ini kebanyakan umat Islam telah meninggalkan al-Qur’an. Al-Qur’an tidak mendapat perhatian dan tidak dibaca untuk diamalkan sebagaimana mereka sibuk membaca bacaan lain selainnya. Selama ini kita mampu membaca surat kabar, majalah dan buku setiap hari, namun kita tidak mampu membaca al-Qur’an.
Kita mampu membaca dan mengkhatamkan surat kabar yang jumlah kata atau hurufnya hampir sama dengan 1 juz al-Qur’an dalam waktu belasan menit, namun kita tidak mampu membaca beberapa halaman dari al-Qur’an. Begitu pula kita mampu membaca majalah yang tebalnya seperempat atau sepertiga al-Qur’an dalam waktu beberapa jam, namun giliranya membaca al-Qur’an kita tidak mampu membaca beberapa juz dalam waktu yang sama. Bahkan kita mampu membaca dan mengkhatamkan buku novel, komik dan roman yang tebalnya sama dengan al-Qur’an dalam waktu seminggu, namun kita tidak mampu mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu yang sama, bahkan sebulan sekalipun. Inilah kondisi iman kita saat ini yang sangat lemah dan kritis.
Sejatinya kita bercermin kepada kehidupan orang-orang yang shalih. Mereka menjadikan al-Qur’an sebagai buku bacaan hariannya. Mereka tidak pernah bosan dan kenyang dengan al-Qur’an, sebagaimana diungkapkan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, “Kalau hati kita bersih, maka kita tidak pernah kenyang dengan al-Qur’an.” Karena dengan senantiasa membaca al-Qur’an, kita akan mendapatkan banyak kebaikan.
Asy syahid Sayyid Quthub mengatakan dalam muqaddimah tafsirnya, “Hidup dalam naungan al-Qur’an adalah nikmat. Nikmat yang hanya diketahui oleh siapa yang telah merasakannya. Nikmat yang akan menambah usia, memberkahi dan menyucikannya.”
Sungguh banyak keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi orang yang membaca al-Qur’an. Keuntungan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya seperti surat kabar, majalah dan buku. Diantara keutamaan dan keuntungan orang yang membaca al-Qur’an yaitu;
Pertama: orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah saw bersabda: ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim). Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa membaca al-Qur’an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang pada hari hisab, kecuali al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di dunia.
Kedua, Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, sesuai dengan sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain.
Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, ”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur’an dan mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur’an dan meninggalkannya. Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an” (H.R Muslim). Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasul saw. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah karena mereka mengamalkan al-Qur’an dan sunnah Rasul saw. Maka Islampun berjaya pada masa-masa mereka, sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Namun, setelah generasi tersebut sampai saat ini umat Islam meninggalkan al-Qur’an sehingga umat Islam menjadi lemah dan hina karena dijajah oleh orang kafir, bahkan dizalimi dan dibunuh seenaknya oleh orang kafir akibat meninggalkan al-Qur’an.
Kelima, orang yang membaca dan mendengar Al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah. Nabi saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).
Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an menentramkan hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, ““…Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Al-Qur’an merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu, ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan, namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an.
Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf (H.R at-Tirmizi) Membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang dalam satu halaman al-Qur’an? Bahkan berapa jumlah pahala yang kita peroleh bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu? Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.
Demikianlah berbagai keutamaan dan keuntungan bagi orang yang membaca dan mempelajari al-Qur’an pada bulan-bulan biasa. Maka, terlebih lagi pada bulan Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an?! Tentu, pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Maka, sangatlah rugi bagi orang-orang yang tidak mau membaca dan mempelajari al-Qur’an, terlebih lagi di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan pahala padanya. Dan keutamaan-keutamaan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya selain al-Qur’an.
Akhirnya, marilah kita manfaatkan hari-hari di bulan Ramadhan dengan berbagai aktivitas ibadah, khususnya membaca al-Qur’an. Karena bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, maka sudah sepatutnya kita lebih mengutamakan dan menyibutkan diri dengan berinteraksi dengan Al-Qur’an pada bulan yang mulia ini, baik dengan membaca, mempelajari, memahami, mentadabburi, menghafal maupun mengamalkannya. Semoga kita bisa memanfaatkan momentum Ramadhan ini dengan sebaik mungkin dan meraih berbagai keutamaan yang disediakan di bulan ini, termasuk berbagai keutamaan membaca dan mempelajari al-Qur’an. Semoga..!!
sumber : www.eramuslim.com
Menebar Kedamaian Dengan Ilmu 'Apakah engkau tahu, apa yang engkau harapkan ketika mengatakan “Astaghfirullah”? Ketika engkau mengatakannya, sesungguhnya engkau meminta dua hal kepada Allah: 1. Meminta agar dosa-dosamu ditutupi dan 2. Meminta agar engkau diampuni dari dosa tersebut “Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepadanya”.
Saturday, May 25, 2013
Keutamaan Istighfar
Sering kita melafazhkan kalimat istighfar (astaghfirullahal adzhim wa’atubu ilaik) dalam berbagai kesempatan baik setelah shalat atau sambil memasak, merapikan rumah atau ketika kita khusyu’ bermunajat kepada-Nya….banyak diantara kaum muslimin yang belum mengetahui begitu banyak keutamaan kalimat yang mulia ini…sehingga banyak diantara mereka mengeluh atas segala problema yang mereka hadapi baik kesempitan dalam rezeki, sulitnya mendapatkan keturunan, kegersangan hidup dan juga tidak kunjungnya hujan turun…semuanya telah Allah berikan jalan keluarnya dalam Al-Qur’an termaktub dalam surat Nuh ayat 10-12 mari bersama kita lihat ayat dan tafsirnya berikut ini…
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَار
“Maka aku katakan kepada mereka,’Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun (10) Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (11) Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai (12)”
Ayat-ayat diatas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan istighfar:
Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya: ‘Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’
Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:”Midraara” adalah hujan yang turun dengan deras. (Shahihul Bukhari, 8/666)
Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak. Dalam menafsirkan ayat: ’Wa yumdidkum biamwalin wa banin’ Atha’ berkata: Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian.
Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun
Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai.Imam Al-Qurthubi berkata:”Dalam ayat ini, juga disebutkan dalam surat Hud {Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya : Hud ayat 3} adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan” (Tafsir Al-Qurthubi 18/302)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’ maknanya: bertobatlah kamu dari kemusyrikan dan esakanlah Dia Yang Maha Tinggi. Karena barangsiapa yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya walaupun dosanya besar.Atau jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang didalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu untuk kalian”*
Demikianlah, dan Amirul mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini beliau memohon hujan dari Allah Subhanahu wa ta’aala.
Muthrif meriwayatakan dari Asy-Sya’bi: ”Bahwasanya Umar radhiyallahu ‘anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan, beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) Lalu beliau pulang. Maka seorang bertanya kepadanya,”Aku tidak mendengar anda memohon hujan” maka ia menjawab,”Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih {majadih yaitu: salah satu jenis bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul) menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar menjadikan istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka menganggap bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan, dan bukan berarti bahwa Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena bintang-bintang tersebut. Tafsir Al_khazin, 7/154} langit yang dengannya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat kesepuluh dan sebelas dari surat Nuh.
Imam Hasan Al-bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata: ”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”. Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan, kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan:”Maka Ar-Rabi’ bin Shabih berkata kepadanya:Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam perkara dan anda memerintahkan mereka semua untuk beristighfar“.
Maka Hasan Al-Bashri menjawab: ”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri, tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat-Nya (Nuh ayat 10-12).”
Sebagai tambahan bahwa memohon ampun kepada Allah (istighfar) dalam ayat diatas menurut para ulama tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan hanya dengan lisan saja akan tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan apabila seseorang memohon ampun kepada Allah hanya dengan lisan saja tanpa disertai dengan perbuatan maka itu adalah pekerjaan para pendusta. (Al-Mufradat fi ghariibil Qur’an hal: 362)
Ya, Allah jadikanlah kami termasuk hamba-hambaMu yang pandai beristighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya didunia maupun akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin.Wahai Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluk-Nya.
Sumber:
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,GIP,4/818-820
Kunci-Kunci Rezki menurut Al-Qur’an dan Sunnah,Darul Haq,1998
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَار
“Maka aku katakan kepada mereka,’Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun (10) Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (11) Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai (12)”
Ayat-ayat diatas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan istighfar:
Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya: ‘Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’
Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:”Midraara” adalah hujan yang turun dengan deras. (Shahihul Bukhari, 8/666)
Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak. Dalam menafsirkan ayat: ’Wa yumdidkum biamwalin wa banin’ Atha’ berkata: Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian.
Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun
Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai.Imam Al-Qurthubi berkata:”Dalam ayat ini, juga disebutkan dalam surat Hud {Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya : Hud ayat 3} adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan” (Tafsir Al-Qurthubi 18/302)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’ maknanya: bertobatlah kamu dari kemusyrikan dan esakanlah Dia Yang Maha Tinggi. Karena barangsiapa yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya walaupun dosanya besar.Atau jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang didalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu untuk kalian”*
Demikianlah, dan Amirul mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini beliau memohon hujan dari Allah Subhanahu wa ta’aala.
Muthrif meriwayatakan dari Asy-Sya’bi: ”Bahwasanya Umar radhiyallahu ‘anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan, beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) Lalu beliau pulang. Maka seorang bertanya kepadanya,”Aku tidak mendengar anda memohon hujan” maka ia menjawab,”Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih {majadih yaitu: salah satu jenis bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul) menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar menjadikan istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka menganggap bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan, dan bukan berarti bahwa Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena bintang-bintang tersebut. Tafsir Al_khazin, 7/154} langit yang dengannya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat kesepuluh dan sebelas dari surat Nuh.
Imam Hasan Al-bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata: ”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”. Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan, kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan:”Maka Ar-Rabi’ bin Shabih berkata kepadanya:Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam perkara dan anda memerintahkan mereka semua untuk beristighfar“.
Maka Hasan Al-Bashri menjawab: ”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri, tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat-Nya (Nuh ayat 10-12).”
Sebagai tambahan bahwa memohon ampun kepada Allah (istighfar) dalam ayat diatas menurut para ulama tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan hanya dengan lisan saja akan tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan apabila seseorang memohon ampun kepada Allah hanya dengan lisan saja tanpa disertai dengan perbuatan maka itu adalah pekerjaan para pendusta. (Al-Mufradat fi ghariibil Qur’an hal: 362)
Ya, Allah jadikanlah kami termasuk hamba-hambaMu yang pandai beristighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya didunia maupun akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin.Wahai Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluk-Nya.
Sumber:
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,GIP,4/818-820
Kunci-Kunci Rezki menurut Al-Qur’an dan Sunnah,Darul Haq,1998
Label:
dunia ilmu,
dunia muslim,
ilmu,
indonesia,
islam,
istighfar,
keutamaan istighfar,
muslim,
muslimah
Hidup Sederhana Dalam Islam
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Terkadang dalam kehidupan ini, kita sering berhura-hura untuk hal yang kurang bermanfaat termasuk berlebih-lebihan dan membuang-buang rizki,jadi pemboros atau yang lain nya.
padahal telah dikatakan dlm islam, bahwa perilaku ini merupakan merupakan perilaku tercela yang disebut israf dan tabzir.
Jadi, pertanyaannya adalah…Bagaimana cara kita untuk bersikap hemat atau hidup sederhana menurut islam?
Allah SWT berfirman:
waalladziina idzaa anfaquu lam yusrifuu walam yaqturuu wakaana bayna dzaalika qawaamaan
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yg demikian.”
(QS.Al- Furqon:67)
Hendaknya kita semua mampu mengendalikan hawa nafsu kita, sehingga tidak diperdayakan oleh kehidupan dunia yang penuh dengan kemewahan, kelezatan dan kesenangan yang membutakan hati.
Ada baiknya kita semua mempergunakan apa yang kita punya dengan semestinya, dan Allah SWT Berfirman:
wa-anfiquu fii sabiili allaahi walaa tulquu bi-aydiikum ilaa alttahlukati wa-ahsinuu inna allaaha yuhibbu almuhsiniina
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah Ayat : 195)
Membelanjakan harta (infaq) bisa berbentuk wajib, sunnah, mubah, bahkan haram. Wajib dlm hal nafkah kepada anak- isteri, zakat, dll. Sunnah dlm hal shodaqoh, memberi hadiah, wasiat, dll. Mubah dalam hal rekreasi, dll. Haram jika bersifat israf, tabdzir dan taqtir.
Adapun kata tabdzir makna syara’nya adalah menafkahkan harta pada perkara-perkara yang haram.
Dalam Al-qur’an menyuruh kita untuk tidak jadi pemboros,
Allah SWT berfirman :
inna almubadzdziriina kaanuu ikhwaana alsysyayaathiini wakaana alsysyaythaanu lirabbihi kafuuraan
Artinya: “ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa' Ayat : 27)
Jika kita punya sesuatu yang lebih, Berikanlah kepada yang lebih membutuhkan, Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk memberikan kepada yg lebih membutuhkan, dan Allah tidak suka dengan orang-orang yang berlebihan, seperti dalam Firman Allah SWT berikut:
wahuwa alladzii ansya-a jannaatin ma'ruusyaatin waghayra ma'ruusyaatin waalnnakhla waalzzar'a mukhtalifan ukuluhu waalzzaytuuna waalrrummaana mutasyaabihan waghayra mutasyaabihin kuluu min tsamarihi idzaa atsmara waaatuu haqqahu yawma hashaadihi walaa tusrifuu innahu laa yuhibbu almusrifiina
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan..” (QS.Al-An’am:141)
Jika kita mempunyai sesuatu Harta yang lebih tapi kita menutup Rapat-rapat Harta kita dengan berlaku kikir,sesungguhnya kita tdk akan mendapatkan kebaikan sama sekali.
Allah SWT Berfirman:
lan tanaaluu albirra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuuna wamaa tunfiquu min syay-in fa-inna allaaha bihi 'aliimun
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali ‘Imran: 92)
Selain itu sebagai seorang muslim berkewajiban selalu menjamin kepastian segala kebutuhan hidup dan makanan dengan barang yang halal..karena jika kita makan dari makanan Haram itu termasuk penghalang dari terkabulnya sebuah Do’a
.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW; “ Seorang lelaki berdo’a, Ya Tuhan, Ya Tuhan, sedang makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya juga haram. Ia diberi makan (sejak kecilnya) dengan yang haram, bagaimana mungkin do’anya dikabulkan.” (HR Abu Hurairah r.a.).
Untuk itulah, solusinya adalah mari membiasakan diri hidup sederhana. Qona’ah bisa menjadi hal solutif. Qona’ah ialah sifat menerima apa adanya. Ia merupakan harta yang tidak pernah sirna.
Imam Al Ghazali memberi kiat-kiat agar kita memiliki sifat qona`ah, dalam kitab nya Ihya 'Ulumuddin
- Pertama, kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Di dalam hadits disebutkan, “Pengaturan adalah separo dari penghidupan.”
- Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder.
- Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung di dalam sifat qona'ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan dan ketamakan.
Maka dengan cara ini, lanjut Al Ghazali, insya Allah ia akan bebas dari ketamakan.
Dengan hidup sederhana insya Allah hidup kita akan menjadi sukses. Sebagaimana pesan para Ulama “Sederhana adalah pangkal kesuksesan”. Amin….
Mudah-mudahan kita dapat menjadikan hidup kita lebih baik dari yang sebelumnya agar kita dapat meraih kesuksesan yang gemilang di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang selalu di beri petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amin.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang "HIDUP SEDERHANA DALAM ISLAM" pada kali ini, semoga bermanfaat.
Wallaahu a’lamu bishshawaab, In kaana shawaaban faminallaah, wa in kaana khatha-an, faminnii waminasysyaithaan, wallaahu waraosuuluhuu barii-aan.
"Dan Allah Yang Paling Mengetahui apa yang benar,
Kalau apa yang saya sampaikan itu benar, maka kebenaran itu datang dari Allah. Kalau apa yang saya sampaikan itu keliru, maka ia berasal dari diri saya dan dari syaithan. Allah dan RasulNya tidak ada keterlibatan"
JANGAN LUPA SEDEKAH
Wassalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Assalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Terkadang dalam kehidupan ini, kita sering berhura-hura untuk hal yang kurang bermanfaat termasuk berlebih-lebihan dan membuang-buang rizki,jadi pemboros atau yang lain nya.
padahal telah dikatakan dlm islam, bahwa perilaku ini merupakan merupakan perilaku tercela yang disebut israf dan tabzir.
Jadi, pertanyaannya adalah…Bagaimana cara kita untuk bersikap hemat atau hidup sederhana menurut islam?
Allah SWT berfirman:
waalladziina idzaa anfaquu lam yusrifuu walam yaqturuu wakaana bayna dzaalika qawaamaan
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yg demikian.”
(QS.Al- Furqon:67)
Hendaknya kita semua mampu mengendalikan hawa nafsu kita, sehingga tidak diperdayakan oleh kehidupan dunia yang penuh dengan kemewahan, kelezatan dan kesenangan yang membutakan hati.
Ada baiknya kita semua mempergunakan apa yang kita punya dengan semestinya, dan Allah SWT Berfirman:
wa-anfiquu fii sabiili allaahi walaa tulquu bi-aydiikum ilaa alttahlukati wa-ahsinuu inna allaaha yuhibbu almuhsiniina
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah Ayat : 195)
Membelanjakan harta (infaq) bisa berbentuk wajib, sunnah, mubah, bahkan haram. Wajib dlm hal nafkah kepada anak- isteri, zakat, dll. Sunnah dlm hal shodaqoh, memberi hadiah, wasiat, dll. Mubah dalam hal rekreasi, dll. Haram jika bersifat israf, tabdzir dan taqtir.
Adapun kata tabdzir makna syara’nya adalah menafkahkan harta pada perkara-perkara yang haram.
Dalam Al-qur’an menyuruh kita untuk tidak jadi pemboros,
Allah SWT berfirman :
inna almubadzdziriina kaanuu ikhwaana alsysyayaathiini wakaana alsysyaythaanu lirabbihi kafuuraan
Artinya: “ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa' Ayat : 27)
Jika kita punya sesuatu yang lebih, Berikanlah kepada yang lebih membutuhkan, Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk memberikan kepada yg lebih membutuhkan, dan Allah tidak suka dengan orang-orang yang berlebihan, seperti dalam Firman Allah SWT berikut:
wahuwa alladzii ansya-a jannaatin ma'ruusyaatin waghayra ma'ruusyaatin waalnnakhla waalzzar'a mukhtalifan ukuluhu waalzzaytuuna waalrrummaana mutasyaabihan waghayra mutasyaabihin kuluu min tsamarihi idzaa atsmara waaatuu haqqahu yawma hashaadihi walaa tusrifuu innahu laa yuhibbu almusrifiina
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan..” (QS.Al-An’am:141)
Jika kita mempunyai sesuatu Harta yang lebih tapi kita menutup Rapat-rapat Harta kita dengan berlaku kikir,sesungguhnya kita tdk akan mendapatkan kebaikan sama sekali.
Allah SWT Berfirman:
lan tanaaluu albirra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuuna wamaa tunfiquu min syay-in fa-inna allaaha bihi 'aliimun
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali ‘Imran: 92)
Selain itu sebagai seorang muslim berkewajiban selalu menjamin kepastian segala kebutuhan hidup dan makanan dengan barang yang halal..karena jika kita makan dari makanan Haram itu termasuk penghalang dari terkabulnya sebuah Do’a
.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW; “ Seorang lelaki berdo’a, Ya Tuhan, Ya Tuhan, sedang makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya juga haram. Ia diberi makan (sejak kecilnya) dengan yang haram, bagaimana mungkin do’anya dikabulkan.” (HR Abu Hurairah r.a.).
Untuk itulah, solusinya adalah mari membiasakan diri hidup sederhana. Qona’ah bisa menjadi hal solutif. Qona’ah ialah sifat menerima apa adanya. Ia merupakan harta yang tidak pernah sirna.
Imam Al Ghazali memberi kiat-kiat agar kita memiliki sifat qona`ah, dalam kitab nya Ihya 'Ulumuddin
- Pertama, kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Di dalam hadits disebutkan, “Pengaturan adalah separo dari penghidupan.”
- Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder.
- Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung di dalam sifat qona'ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan dan ketamakan.
Maka dengan cara ini, lanjut Al Ghazali, insya Allah ia akan bebas dari ketamakan.
Dengan hidup sederhana insya Allah hidup kita akan menjadi sukses. Sebagaimana pesan para Ulama “Sederhana adalah pangkal kesuksesan”. Amin….
Mudah-mudahan kita dapat menjadikan hidup kita lebih baik dari yang sebelumnya agar kita dapat meraih kesuksesan yang gemilang di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang selalu di beri petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amin.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang "HIDUP SEDERHANA DALAM ISLAM" pada kali ini, semoga bermanfaat.
Wallaahu a’lamu bishshawaab, In kaana shawaaban faminallaah, wa in kaana khatha-an, faminnii waminasysyaithaan, wallaahu waraosuuluhuu barii-aan.
"Dan Allah Yang Paling Mengetahui apa yang benar,
Kalau apa yang saya sampaikan itu benar, maka kebenaran itu datang dari Allah. Kalau apa yang saya sampaikan itu keliru, maka ia berasal dari diri saya dan dari syaithan. Allah dan RasulNya tidak ada keterlibatan"
JANGAN LUPA SEDEKAH
Wassalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Label:
damai,
dunia ilmu,
dunia islam,
dunia muslim,
hidup sederhana,
ilmu,
indonesia,
religion,
sederhana
Mulianya Wanita di Dalam Islam
Hanya dalam pangkuan dan naungan hukum dan syariat Islam lah seorang wanita dan kaum perempuan memperoleh berbagai kemuliaan, penghargaan, penghormatan dan perlindungan extra, bahkan secara fulltime dan sangat sempurna (par excellent).
Salah satu bukti nyata dari tingginya perhatian Islam terhadap Muslimah adalah perintah berhijab atau berjilbab, yang berfungsi untuk menutupi aurat atau anggota tubuh mereka, dari pandangan kaum lelaki yang tidak berhak menyaksikannya. Sehingga mereka akan terlindungi dari perilaku-perilaku para lelaki fasiq yang ingin mengoyak kehormatannya.
Sejatinya perintah berhijab tersebut bukan dimaksudkan untuk mengekang kebebasan kaum Muslimah, tetapi justru sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada jurang kehinaan, lumpur kenistaan atau kubangan kemaksiatan, seperti yang marak terjadi pada wanita yang memeluk agama lain selain Islam.
Namun yang sangat disesalkan adalah sebagian Muslimah justru tidak patuh dalam menjalankan ajaran Islam, termasuk karena melalaikan atau meremehkan perintah berhijab tersebut.
Di balik hijab yang dikenakan seorang Muslimah, banyak tersimpan beragam kemuliaan dan tersembunyi berbagai keutamaan. Di antaranya adalah:
Hijab atau jilbab merupakan manifestasi ketaatan ke-pada Alloh dan Rosululloh .
Allah telah mewajibkan ketaatan mutlak kepada-Nya dan Rosul-Nya dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul-(Nya)….” (QS. an-Nisa’ [4]: 59)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukminah, apa-bila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahzab [33]: 36)
Bahkan Rosululloh telah memberikan peringatan kepada umatnya bahwa penyelisihan terhadap aturan-aturan yang telah beliau sampaikan merupakan bencana besar bagi seseorang, karena tidak bisa memasuki surga Alloh .
Rosululloh bersabda:
(( كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إلاَّ مَنْ أبَى، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أبَى ))
“Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan dan menolak. Mereka bertanya: ‘Wahai Rosululloh, siapakah orang yang menolak tersebut? Beliau menjawab: ‘Barangsiapa yang taat kepadaku, ia akan masuk surga dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah menolak.” (HR. al-Bukhari dan Ahmad)
Allah telah memerintahkan anak cucu Adam yang telah dimuliakan-Nya dengan menurunkan bagi mereka pakaian untuk menutup aurat-aurat mereka.
Allah berfirman:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutup aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Alloh, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. al-A’raf [7]: 26)
Dan Alloh juga telah memerintahkan kepada kaum muslimah untuk menundukkan pandangan mereka sekaligus melarang mereka untuk memperlihatkan perhiasan yang mereka miliki baik berupa tubuh, pakaian maupun yang lainnya; kecuali yang biasa nampak dari mereka.
Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya….” (QS. an-Nur [24]: 31)
Bahkan Allah memerintahkan mereka untuk tinggal di rumah-rumah mereka sehingga perhiasan yang mereka miliki hanya dinikmati oleh orang-orang yang boleh memandangnya dan tidak diumbar di muka umum sebagaimana yang dilakukan oleh wanita-wanita jahiliyah dahulu dan wanita yang merasa bahwa dengan mengumbar aurat di jalanan mereka telah melangkah lebih maju dari pada aturan yang ada dalam Islam dengan dalih bahwa perbu-atan tersebut dikategorikan sebagai hal yang modern.
Allah berfirman:
"Dan hendaklah kalian tetap tinggal di rumah kalian dan janganlah kalian bersolek seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu….” QS. al-Ahzab [33]: 33
Hal ini merupakan bukti nyata atas perlindungan Islam terhadap kaum wanita yang menghendaki agar kesucian diri kaum Muslimah tetap aman terjaga dan tidak terkoyak, sehingga kesucian dirinya hanya dipersembahkan untuk para suami yang memilikinya melalui perjanjian yang kuat, yaitu melalui tali pernikahan.
Ketika Islam melihat realitas bahwa kehidupan seseorang laki-laki maupun perempuan tidak akan terlepas dari kebutuhan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi, memenuhi kebutuhan mereka di luar rumah; Islam membolehkan interaksi dan komunikasi di balik hijab antara dua orang yang bukan mahrom, karena hal ini lebih menjaga kesucian jiwa bagi kedua belah pihak. Dan juga mengizinkan wanita keluar rumah sekedar untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Allah berfirman:
“…apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka….” (QS. al-Ahzab [33]: 53)
Rosululloh bersabda:
(( قَدْ أُذِنَ أَنْ تَخْرُجْنَ فِي حَاجَتِكُنَّ ))
“Telah diizinkan bagi para wanita untuk keluar memenuhi kebutuhannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kondisi seorang wanita yang telah menjadi bagian dari kaum Muslimah, atau ia adalah seorang istri dari suami yang beriman, atau ia adalah seorang anak wanita dalam rumah tangga Islam; semuanya mendapatkan seruan untuk menge-nakan hijab atau jilbabnya. Hal itu dilakukan untuk memberikan perlindungan lebih bagi mereka dari gangguan yang mengancam. Sehingga kalaupun seorang Muslimah harus keluar rumah, maka mereka akan merasa aman dan terlindungi.
Inilah tujuan utama dan latar belakang dari pensyariatan hijab kepada setiap Muslimah.
Allah berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu….” (QS. al-Ahzab [33]: 59)
Rosululloh bersabda:
“Sesungguhnya wanita adalah aurat.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, ath-Thabrani dan al-Baihaqi dengan sanad hasan)
Maksudnya; ia harus menutupi tubuhnya, tidak membiarkannya terbuka atau tersingkap, terlebih bila sengaja disingkap atau dijajakan!
Dan perintah berhijab adalah perintah dari ALLOH tuhan semesta alam masihkah kita akan mengingkarinya, dan masihkah kita akan meninggalkannya walau itu perintah langsung dari tuhanmu yang menciptakanmu, sungguh amat beruntung bagi orang orang yang menjalankannya dan surga ALLOH lah sebagai balasannya amin amin amin...... dan jadilah orang orang selalau berfikir.........
Salah satu bukti nyata dari tingginya perhatian Islam terhadap Muslimah adalah perintah berhijab atau berjilbab, yang berfungsi untuk menutupi aurat atau anggota tubuh mereka, dari pandangan kaum lelaki yang tidak berhak menyaksikannya. Sehingga mereka akan terlindungi dari perilaku-perilaku para lelaki fasiq yang ingin mengoyak kehormatannya.
Sejatinya perintah berhijab tersebut bukan dimaksudkan untuk mengekang kebebasan kaum Muslimah, tetapi justru sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada jurang kehinaan, lumpur kenistaan atau kubangan kemaksiatan, seperti yang marak terjadi pada wanita yang memeluk agama lain selain Islam.
Namun yang sangat disesalkan adalah sebagian Muslimah justru tidak patuh dalam menjalankan ajaran Islam, termasuk karena melalaikan atau meremehkan perintah berhijab tersebut.
Di balik hijab yang dikenakan seorang Muslimah, banyak tersimpan beragam kemuliaan dan tersembunyi berbagai keutamaan. Di antaranya adalah:
Hijab atau jilbab merupakan manifestasi ketaatan ke-pada Alloh dan Rosululloh .
Allah telah mewajibkan ketaatan mutlak kepada-Nya dan Rosul-Nya dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul-(Nya)….” (QS. an-Nisa’ [4]: 59)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukminah, apa-bila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahzab [33]: 36)
Bahkan Rosululloh telah memberikan peringatan kepada umatnya bahwa penyelisihan terhadap aturan-aturan yang telah beliau sampaikan merupakan bencana besar bagi seseorang, karena tidak bisa memasuki surga Alloh .
Rosululloh bersabda:
(( كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إلاَّ مَنْ أبَى، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أبَى ))
“Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan dan menolak. Mereka bertanya: ‘Wahai Rosululloh, siapakah orang yang menolak tersebut? Beliau menjawab: ‘Barangsiapa yang taat kepadaku, ia akan masuk surga dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah menolak.” (HR. al-Bukhari dan Ahmad)
Allah telah memerintahkan anak cucu Adam yang telah dimuliakan-Nya dengan menurunkan bagi mereka pakaian untuk menutup aurat-aurat mereka.
Allah berfirman:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutup aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Alloh, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. al-A’raf [7]: 26)
Dan Alloh juga telah memerintahkan kepada kaum muslimah untuk menundukkan pandangan mereka sekaligus melarang mereka untuk memperlihatkan perhiasan yang mereka miliki baik berupa tubuh, pakaian maupun yang lainnya; kecuali yang biasa nampak dari mereka.
Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya….” (QS. an-Nur [24]: 31)
Bahkan Allah memerintahkan mereka untuk tinggal di rumah-rumah mereka sehingga perhiasan yang mereka miliki hanya dinikmati oleh orang-orang yang boleh memandangnya dan tidak diumbar di muka umum sebagaimana yang dilakukan oleh wanita-wanita jahiliyah dahulu dan wanita yang merasa bahwa dengan mengumbar aurat di jalanan mereka telah melangkah lebih maju dari pada aturan yang ada dalam Islam dengan dalih bahwa perbu-atan tersebut dikategorikan sebagai hal yang modern.
Allah berfirman:
"Dan hendaklah kalian tetap tinggal di rumah kalian dan janganlah kalian bersolek seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu….” QS. al-Ahzab [33]: 33
Hal ini merupakan bukti nyata atas perlindungan Islam terhadap kaum wanita yang menghendaki agar kesucian diri kaum Muslimah tetap aman terjaga dan tidak terkoyak, sehingga kesucian dirinya hanya dipersembahkan untuk para suami yang memilikinya melalui perjanjian yang kuat, yaitu melalui tali pernikahan.
Ketika Islam melihat realitas bahwa kehidupan seseorang laki-laki maupun perempuan tidak akan terlepas dari kebutuhan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi, memenuhi kebutuhan mereka di luar rumah; Islam membolehkan interaksi dan komunikasi di balik hijab antara dua orang yang bukan mahrom, karena hal ini lebih menjaga kesucian jiwa bagi kedua belah pihak. Dan juga mengizinkan wanita keluar rumah sekedar untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Allah berfirman:
“…apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka….” (QS. al-Ahzab [33]: 53)
Rosululloh bersabda:
(( قَدْ أُذِنَ أَنْ تَخْرُجْنَ فِي حَاجَتِكُنَّ ))
“Telah diizinkan bagi para wanita untuk keluar memenuhi kebutuhannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kondisi seorang wanita yang telah menjadi bagian dari kaum Muslimah, atau ia adalah seorang istri dari suami yang beriman, atau ia adalah seorang anak wanita dalam rumah tangga Islam; semuanya mendapatkan seruan untuk menge-nakan hijab atau jilbabnya. Hal itu dilakukan untuk memberikan perlindungan lebih bagi mereka dari gangguan yang mengancam. Sehingga kalaupun seorang Muslimah harus keluar rumah, maka mereka akan merasa aman dan terlindungi.
Inilah tujuan utama dan latar belakang dari pensyariatan hijab kepada setiap Muslimah.
Allah berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu….” (QS. al-Ahzab [33]: 59)
Rosululloh bersabda:
“Sesungguhnya wanita adalah aurat.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, ath-Thabrani dan al-Baihaqi dengan sanad hasan)
Maksudnya; ia harus menutupi tubuhnya, tidak membiarkannya terbuka atau tersingkap, terlebih bila sengaja disingkap atau dijajakan!
Dan perintah berhijab adalah perintah dari ALLOH tuhan semesta alam masihkah kita akan mengingkarinya, dan masihkah kita akan meninggalkannya walau itu perintah langsung dari tuhanmu yang menciptakanmu, sungguh amat beruntung bagi orang orang yang menjalankannya dan surga ALLOH lah sebagai balasannya amin amin amin...... dan jadilah orang orang selalau berfikir.........
Label:
dunia ilmu,
dunia islam,
hijab,
ilmu,
ilmu agama,
ilmu syariat,
islam,
jilbab,
muslim,
muslimah
Berdzikir Membuat Hati Tenang dan Hidup Bahagia
Telah sama kita ketahui bahwa berzikir merupakan amalan yang mulia dan bernilai tinggi di sisi Rabbul ‘Izzah. Dengan berzikir, seorang hamba akan beroleh banyak keutamaan. Untuk menghasung kita agar memperbanyak zikir, berikut ini akan disebutkan beberapa keutamaan berzikir:
1. Berzikir akan mengusir setan, menundukkannya, dan membentengi diri darinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raf: 201)
Adapun orang yang enggan berzikir, Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya: “Siapa yang berpaling dari berzikir kepada Allah Yang Maha Penyayang, Kami adakan baginya setan yang menyesatkannya maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf: 36)
Al-Harits Al-Asy’ari z menyebutkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa beliau bersabda: “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lima perkara kepada Nabi Yahya bin Zakariyya alaihi salam agar beliau mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil untuk mengamalkannya pula. Namun hampir-hampir Yahya terlambat menyampaikannya kepada Bani Israil. Maka Nabi ‘Isa q berkata kepadanya,
‘Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’alatelah memerintahkan lima perkara kepadamu agar engkau mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil untuk mengamalkannya pula. Namun sampai sekarang engkau belum menyampaikannya. Karenanya, engkau suruh mereka sekarang, atau aku yang akan menyuruh mereka!’ Yahya berkata, ‘Aku khawatir bila engkau mendahuluiku untuk menyampaikannya, aku akan ditenggelamkan ke dalam bumi atau aku akan diazab.’ Yahya pun mengumpulkan orang-orang di Baitul Maqdis hingga masjid tersebut penuh. Mereka duduk di atas balkon. Yahya berkata, ‘Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lima perkara kepadaku agar aku mengamalkannya dan menyuruh kalian untuk mengamalkannya pula…’.”
Yahya pun menyebutkan kelima perkara tersebut, yaitu tauhid, shalat, puasa, sedekah, dan yang kelima, kata Yahya: “Dan aku memerintahkan kalian untuk berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena permisalan orang yang berzikir seperti orang yang dikejar oleh musuh dengan cepat hingga ketika ia mendatangi sebuah benteng yang kokoh ia berlindung di dalamnya dari kejaran musuh. Demikian pula seorang hamba, ia tidak dapat melindungi dirinya dari setan kecuali dengan berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala… (HR. Ahmad 4/202, At-Tirmidzi no. 2863, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 1724)
Al-’Allamah Ibnul Qayyim t menyatakan bahwa hadits ini sangat agung kedudukannya, sehingga pantas bagi setiap muslim untuk menghafalkan dan memahaminya. (Al-Wabilush Shayyib, hal. 31)
Beliau t juga mengatakan, “Seandainya tidak ada lagi keutamaan zikir selain satu keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini, niscaya patut bagi seorang hamba untuk tidak berhenti lisannya dari zikrullah, dan terus menerus menekuninya. Karena sungguh ia tidak dapat melindungi dirinya dari musuhnya kecuali dengan zikir. Tidaklah musuh itu dapat masuk menyergapnya kecuali dari pintu kelalaian (lupa dari berzikir). Musuh itu selalu mengintainya. Bila ia lalai, musuh itu menyergap dan menerkamnya.
Bila ia berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, mengerutlah (menciut) musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut, menjadi kecil dan patah sampai-sampai menjadi sekecil lalat. Karena itulah ia dinamakan Al-Waswasul Khannas. Maknanya, ia memberi was-was di dalam dada, namun bila si hamba berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa maka syaitanpun mengerut (menciut). Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, “Setan itu mendekam di atas hati anak Adam. Bila si anak Adam lupa diri dan lalai dari berzikir, setan memberikan was-was/bisikan-bisikan. Namun jika ia berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, setan mengerut (menciut).” (Al-Wabilush Shayyib, hal. 72)
2. Berzikir akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi hati seorang hamba,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman: “Orang-orang yang beriman dan menjadi tenang hati-hati mereka dengan berzikir kepada Allah, ketahuilah dengan berzikir kepada Allah hati akan tenang.” (Ar-Rad: 28). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata, “Permisalan zikir bagi hati adalah seperti air bagi ikan. Apa jadinya keadaan ikan yang berpisah dengan air?” (Al-Wabilush Shayyib, hal. 85)
3. Zikir adalah amalan yang ringan dan mudah untuk dilakukan, namun besar pahala dan ganjarannya.
Hal ini tampak dalam beberapa hadits berikut ini:
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengucapkan: “La ilaha illallah wahdahu la syarika lah. Lahul mulku wa lahu hamdu wa huwa ‘ala kulli syay’in qadir” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red) dalam sehari sebanyak seratus kali, maka ganjaran baginya seperti membebaskan sepuluh budak, dicatat untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan dan ia mendapatkan perlindungan dari setan pada hari tersebut hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang melakukan amalan yang lebih afdhal darinya terkecuali bila ada orang yang mengamalkan lebih banyak dari apa yang diamalkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3293, 6403 dan Muslim no. 6783)
Dalam hadits yang sama juga, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengucapkan: “Subhanallahi wa bihamdihi” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red) dalam sehari sebanyak seratus kali maka dihapus kesalahan-kesalahannya walaupun sebanyak buih di lautan.”
Dalam riwayat Muslim (no. 6784) disebutkan, “Siapa yang mengucapkan: “Subhanallahi wa bihamdihi” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red). ketika pagi dan petang sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat nanti tidak ada seorangpun datang membawa amalan yang lebih afdhal darinya kecuali orang yang mengucapkan zikir yang sama dengan yang diucapkannya atau lebih dari yang diucapkannya.”
Masih dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau mengabarkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan lisan tapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh Allah yang Maha Rahman, yaitu subhanallah wa bihamdihi dan subhanallahil azhim.” (HR. Al-Bukhari no. 6406 dan Muslim no. 6786)
4. Banyak berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan jaminan keamanan dari kemunafikan,
karena orang-orang munafik sedikit sekali zikirnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya tentang munafikin: “Mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (An-Nisa: 142)
5. Zikir merupakan tanaman surga.
Abdullah bin Mas’ud z berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Pada malam aku diisra’kan, aku berjumpa dengan Nabi Ibrahim Al-Khalil q. Ia berkata, ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahu mereka bahwa surga itu bagus tanahnya, segar airnya (tidak asin), dan di surga tersedia tanah yang kosong tanpa pepohonan, dan yang akan ditanam untuk menutupi tanah kosong tersebut adalah ucapan: “Subhannallah Walhamdulillah Wala ilaha illallah Allahu Akbar (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red). (HR. At-Tirmidzi no. 3462, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 105)
6. Orang yang berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala akan mendapatkan shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya.
Tentunya dengan itu ia mendapat keberuntungan yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberikan shalawat atas kalian dan juga para malaikat, yang dengan sebab itu Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya yang terang-benderang. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab: 41-43)
Adapun shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-Nya maknanya adalah pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada si hamba di hadapan para malaikat. Ada juga yang mengartikannya dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk si hamba. Sementara shalawat malaikat bermakna permintaan doa dan ampunan untuk si hamba, sebagaimana penjelasan Al-Hafizh Ibnu Katsir t dalam tafsirnya. (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 6/265-266)
Dzikir atau mengucapkan kata-kata pujian yang mengingat kebesaran Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dzikir merupakan media yang membuat kehidupan Nabi dan para sahabat benar-benar hidup.
Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah mengatakan bahwa dzikir memiliki tujuh puluh tiga manfaat yaitu:
Mengusir setan dan menjadikannya kecewa.
Membuat Allah ridah.
Menghilangkan rasa sedih, dan gelisah dari hati manusia.
Membahagiakan dan melapangkan hati.
Menguatkan hati dan badan.
Menyinari wajah dan hati.
Membuka lahan rezeki.
Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia.
Melahirkan kecintaan.
Mengangkat manusia ke maqam ihsan.
Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah.
Orang yang berdzikir dekat dengan Allah.
Pembuka semua pintu ilmu.
Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah.
Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.
Menghidupkan hati.
Menjadi makanan hati dan ruh.
Membersihkan hati dari kotoran.
Membersihkan dosa.
Membuat jiwa dekat dengan Allah.
Menolong hamba saat kesepian.
Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi.
Penyelamat dari azab Allah.
Menghadirkan ketenangan.
Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.
Majlis dzikir adalah majlis malaikat.
Mendapatkan berkah Allah dimana saja.
Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat.
Berada dibawah naungan Allah dihari kiamat.
Mendapat pemberian yang paling berharga.
Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal.
Dzikir adalah bunga dan pohon surga.
Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga.
Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia.
Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi.
Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.
Dzikir sebagai pintu menuju Allah.
Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.
Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh Allah.
Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia.
Menjadikan hati selalu terjaga.
Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.
Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah.
Melembutkan hati.
Menjadi obat hati.
Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah.
Mendatangkan nikmat dan menolak bala.
Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir.
Majlis dzikir adalah taman surga.
Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat.
Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.
Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah.
Semua kebaikan ada dalam dzikir.
Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’.
Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan.
Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah.
Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa.
Memberikan kekuatan jasad.
Menolak kefakiran.
Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah.
Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta.
Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga ditanami tumbuhan dzikir.
Penghalang antara hamba dan jahannam.
Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.
Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang berdzikir.
Membersihkan sifat munafik.
Memberikan kenikmatan tak tertandingi.
Wajah pedzikir paling cerah didunia dan bersinar di ahirat.
Dzikir menambah saksi bagi seorang hamba di ahirat.
Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan.
Sungguh luar biasa manfaatnya….
tetapi orang tidak akan yakin dengan manfaat-manfaat diatas kecuali yang telah merasakan dan menikmatinya…..
Mari kita coba memulainya dari sekarang karena tidak ada kata terlambat dalam hidup ini belajar dan terus belajar memperbaiki diri sampai akhir hayat. semoga kita dijadikan penghuni surga alloh amin...amin...amin...
1. Berzikir akan mengusir setan, menundukkannya, dan membentengi diri darinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raf: 201)
Adapun orang yang enggan berzikir, Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya: “Siapa yang berpaling dari berzikir kepada Allah Yang Maha Penyayang, Kami adakan baginya setan yang menyesatkannya maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf: 36)
Al-Harits Al-Asy’ari z menyebutkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa beliau bersabda: “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lima perkara kepada Nabi Yahya bin Zakariyya alaihi salam agar beliau mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil untuk mengamalkannya pula. Namun hampir-hampir Yahya terlambat menyampaikannya kepada Bani Israil. Maka Nabi ‘Isa q berkata kepadanya,
‘Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’alatelah memerintahkan lima perkara kepadamu agar engkau mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil untuk mengamalkannya pula. Namun sampai sekarang engkau belum menyampaikannya. Karenanya, engkau suruh mereka sekarang, atau aku yang akan menyuruh mereka!’ Yahya berkata, ‘Aku khawatir bila engkau mendahuluiku untuk menyampaikannya, aku akan ditenggelamkan ke dalam bumi atau aku akan diazab.’ Yahya pun mengumpulkan orang-orang di Baitul Maqdis hingga masjid tersebut penuh. Mereka duduk di atas balkon. Yahya berkata, ‘Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lima perkara kepadaku agar aku mengamalkannya dan menyuruh kalian untuk mengamalkannya pula…’.”
Yahya pun menyebutkan kelima perkara tersebut, yaitu tauhid, shalat, puasa, sedekah, dan yang kelima, kata Yahya: “Dan aku memerintahkan kalian untuk berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena permisalan orang yang berzikir seperti orang yang dikejar oleh musuh dengan cepat hingga ketika ia mendatangi sebuah benteng yang kokoh ia berlindung di dalamnya dari kejaran musuh. Demikian pula seorang hamba, ia tidak dapat melindungi dirinya dari setan kecuali dengan berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala… (HR. Ahmad 4/202, At-Tirmidzi no. 2863, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 1724)
Al-’Allamah Ibnul Qayyim t menyatakan bahwa hadits ini sangat agung kedudukannya, sehingga pantas bagi setiap muslim untuk menghafalkan dan memahaminya. (Al-Wabilush Shayyib, hal. 31)
Beliau t juga mengatakan, “Seandainya tidak ada lagi keutamaan zikir selain satu keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini, niscaya patut bagi seorang hamba untuk tidak berhenti lisannya dari zikrullah, dan terus menerus menekuninya. Karena sungguh ia tidak dapat melindungi dirinya dari musuhnya kecuali dengan zikir. Tidaklah musuh itu dapat masuk menyergapnya kecuali dari pintu kelalaian (lupa dari berzikir). Musuh itu selalu mengintainya. Bila ia lalai, musuh itu menyergap dan menerkamnya.
Bila ia berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, mengerutlah (menciut) musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut, menjadi kecil dan patah sampai-sampai menjadi sekecil lalat. Karena itulah ia dinamakan Al-Waswasul Khannas. Maknanya, ia memberi was-was di dalam dada, namun bila si hamba berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa maka syaitanpun mengerut (menciut). Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, “Setan itu mendekam di atas hati anak Adam. Bila si anak Adam lupa diri dan lalai dari berzikir, setan memberikan was-was/bisikan-bisikan. Namun jika ia berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, setan mengerut (menciut).” (Al-Wabilush Shayyib, hal. 72)
2. Berzikir akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi hati seorang hamba,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman: “Orang-orang yang beriman dan menjadi tenang hati-hati mereka dengan berzikir kepada Allah, ketahuilah dengan berzikir kepada Allah hati akan tenang.” (Ar-Rad: 28). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata, “Permisalan zikir bagi hati adalah seperti air bagi ikan. Apa jadinya keadaan ikan yang berpisah dengan air?” (Al-Wabilush Shayyib, hal. 85)
3. Zikir adalah amalan yang ringan dan mudah untuk dilakukan, namun besar pahala dan ganjarannya.
Hal ini tampak dalam beberapa hadits berikut ini:
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengucapkan: “La ilaha illallah wahdahu la syarika lah. Lahul mulku wa lahu hamdu wa huwa ‘ala kulli syay’in qadir” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red) dalam sehari sebanyak seratus kali, maka ganjaran baginya seperti membebaskan sepuluh budak, dicatat untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan dan ia mendapatkan perlindungan dari setan pada hari tersebut hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang melakukan amalan yang lebih afdhal darinya terkecuali bila ada orang yang mengamalkan lebih banyak dari apa yang diamalkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3293, 6403 dan Muslim no. 6783)
Dalam hadits yang sama juga, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengucapkan: “Subhanallahi wa bihamdihi” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red) dalam sehari sebanyak seratus kali maka dihapus kesalahan-kesalahannya walaupun sebanyak buih di lautan.”
Dalam riwayat Muslim (no. 6784) disebutkan, “Siapa yang mengucapkan: “Subhanallahi wa bihamdihi” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red). ketika pagi dan petang sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat nanti tidak ada seorangpun datang membawa amalan yang lebih afdhal darinya kecuali orang yang mengucapkan zikir yang sama dengan yang diucapkannya atau lebih dari yang diucapkannya.”
Masih dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau mengabarkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan lisan tapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh Allah yang Maha Rahman, yaitu subhanallah wa bihamdihi dan subhanallahil azhim.” (HR. Al-Bukhari no. 6406 dan Muslim no. 6786)
4. Banyak berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan jaminan keamanan dari kemunafikan,
karena orang-orang munafik sedikit sekali zikirnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya tentang munafikin: “Mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (An-Nisa: 142)
5. Zikir merupakan tanaman surga.
Abdullah bin Mas’ud z berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Pada malam aku diisra’kan, aku berjumpa dengan Nabi Ibrahim Al-Khalil q. Ia berkata, ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahu mereka bahwa surga itu bagus tanahnya, segar airnya (tidak asin), dan di surga tersedia tanah yang kosong tanpa pepohonan, dan yang akan ditanam untuk menutupi tanah kosong tersebut adalah ucapan: “Subhannallah Walhamdulillah Wala ilaha illallah Allahu Akbar (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red). (HR. At-Tirmidzi no. 3462, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 105)
6. Orang yang berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala akan mendapatkan shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya.
Tentunya dengan itu ia mendapat keberuntungan yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberikan shalawat atas kalian dan juga para malaikat, yang dengan sebab itu Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya yang terang-benderang. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab: 41-43)
Adapun shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-Nya maknanya adalah pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada si hamba di hadapan para malaikat. Ada juga yang mengartikannya dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk si hamba. Sementara shalawat malaikat bermakna permintaan doa dan ampunan untuk si hamba, sebagaimana penjelasan Al-Hafizh Ibnu Katsir t dalam tafsirnya. (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 6/265-266)
Dzikir atau mengucapkan kata-kata pujian yang mengingat kebesaran Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dzikir merupakan media yang membuat kehidupan Nabi dan para sahabat benar-benar hidup.
Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah mengatakan bahwa dzikir memiliki tujuh puluh tiga manfaat yaitu:
Mengusir setan dan menjadikannya kecewa.
Membuat Allah ridah.
Menghilangkan rasa sedih, dan gelisah dari hati manusia.
Membahagiakan dan melapangkan hati.
Menguatkan hati dan badan.
Menyinari wajah dan hati.
Membuka lahan rezeki.
Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia.
Melahirkan kecintaan.
Mengangkat manusia ke maqam ihsan.
Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah.
Orang yang berdzikir dekat dengan Allah.
Pembuka semua pintu ilmu.
Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah.
Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.
Menghidupkan hati.
Menjadi makanan hati dan ruh.
Membersihkan hati dari kotoran.
Membersihkan dosa.
Membuat jiwa dekat dengan Allah.
Menolong hamba saat kesepian.
Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi.
Penyelamat dari azab Allah.
Menghadirkan ketenangan.
Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.
Majlis dzikir adalah majlis malaikat.
Mendapatkan berkah Allah dimana saja.
Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat.
Berada dibawah naungan Allah dihari kiamat.
Mendapat pemberian yang paling berharga.
Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal.
Dzikir adalah bunga dan pohon surga.
Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga.
Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia.
Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi.
Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.
Dzikir sebagai pintu menuju Allah.
Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.
Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh Allah.
Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia.
Menjadikan hati selalu terjaga.
Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.
Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah.
Melembutkan hati.
Menjadi obat hati.
Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah.
Mendatangkan nikmat dan menolak bala.
Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir.
Majlis dzikir adalah taman surga.
Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat.
Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.
Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah.
Semua kebaikan ada dalam dzikir.
Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’.
Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan.
Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah.
Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa.
Memberikan kekuatan jasad.
Menolak kefakiran.
Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah.
Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta.
Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga ditanami tumbuhan dzikir.
Penghalang antara hamba dan jahannam.
Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.
Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang berdzikir.
Membersihkan sifat munafik.
Memberikan kenikmatan tak tertandingi.
Wajah pedzikir paling cerah didunia dan bersinar di ahirat.
Dzikir menambah saksi bagi seorang hamba di ahirat.
Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan.
Sungguh luar biasa manfaatnya….
tetapi orang tidak akan yakin dengan manfaat-manfaat diatas kecuali yang telah merasakan dan menikmatinya…..
Mari kita coba memulainya dari sekarang karena tidak ada kata terlambat dalam hidup ini belajar dan terus belajar memperbaiki diri sampai akhir hayat. semoga kita dijadikan penghuni surga alloh amin...amin...amin...
Label:
dunia ilmu,
dunia islam,
dzikir,
ilmu,
islam,
ketenangan hidup,
muslim
Subscribe to:
Posts (Atom)